Minggu, 23 Oktober 2016

GAUNG KOHATI NYARIS TAK TERDENGAR


GAUNG KOHATI NYARIS TAK TERDENGAR
Oleh : intang riang pertiwi
(KABID PP HMI KOMEK UNIRA)

Korps HMI-Wati (KOHATI) merupakan badan khusus HMI yang bertugas membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi HMI-Wati dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan. KOHATI sendiri bersifat semi otonom dalam tubuh HMI seperti yang termaktub dalam pedoman dasar KOHATI (PDK) pasal 5, dengan tetap berpegang teguh pada konstitusi HMI. Dimana secara internal merupakan bidang pemberdayaan perempuan (PP) dan secara eksternal merupakan KOHATI. Secara historis KOHATI lahir pada tanggal 2 jumaddil akhir 1386 H bertepatan pada tanggal 17 september 1996 M pada kongres VIII di solo. Kelahiran kohati di latar belakangi oleh beberapa faktor. Pertama, faktor internal yang mengharuskan KOHATI untuk segera di bentuk adalah beberapa departemen keputrian sudah tidak sanggup menampung aspirasi dari HMI-Wati. Selain itu, kebutuhan akan kebutuhan akan keperempuanan tidak di fatilitasi dengan baik. Kedua, faktor eksternal adalah karena adanya lawan idiologi, yaitu GERWANI (Gerakan Wanita Indonesia).
KOHATI merupakan bagian dari HMI yang lahir dengan semangat juang untuk memajukan perempuan indonesiak hususnya bagi HMI-Wati, Namun yang terjuadi pada kali ini sungguh sangat miris, dimana wadah khusus HMI-Wati kini sudah tidak mengimplementasikan peran dan fungsinya semaksimal mungkin, merupakan hal yang wajar jika hari ini peran dan fungsi KOHATI di pertanyakan oleh beberapa kalangan. KOHATI yang berperan sebagai pencetak dan membina muslimah sejati untuk menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai ke-islaman dan ke-indonesiaan, diharapkan mampu menjadi wadah yang secara konsisten berusaha menggapai cita-cita suci sesuai dengan amanat PDK, sedangkan fungsinya sebagai wadah untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi keder HMI-Wati dalam wacana dan dinamika keperempuanan. Wadah sekaliber KOHATI tetap menjadi corong perubahan bagi HMI-Wati secara khususnya dan bagi perempuan indonesia secara umumnya.


Kawan, Marilah berkompetensi sejenak, tentang masa lalu KOHATI di era ke-emasannya, dimana KOHATI masa lalu memberikan fungsi dan perannya sebagai wadah khusus yang memberikan edukasi dan dedukasi. Selain itu, HMI-Wati telah memberikan konstribusi secara pasti dan nyata terhadap pembangunan karakter bagi perempuan indonesia. KOHATI selalu terdepan memberikan sumbangsih pemikiran terhadap kemajuan perempuan indonesia, bahkan berani menyuarakan pemikiran terhadap kondisi pemerintahan yang sedang diselimuti masalah. Semangat yang mengebu-gebu untuk tetap menjaga komitmen asasi HMI, yaitu (1) mempertahankan negara republik indonesia dan mempertinggi derajat bangsa indonesia, ini yang di sebut komitmen kebangsaan, (2) menegakkandan mengembangkan ajaran islam yang di kenal sebagai wawasan ke-islaman dan keummatan.
Namun saat ini, KOHATI yang digadang-gadang akan membawa perubahan besar terhadap perempuan indonesia, malah tak ayal hanya sebagai penonton setia terhadap beberapa perlakuan yang tidak lazim dilakukan dan dipraktekkan di bumi pertiwi yang menjunjung tinggi 4 pilar kebangsaan (NKRI, UUD 1945, PANCASILA, BHINEKA TUNGGAL IKA). Hal ini terlihat jelas dengan minimnya perubahan kebijakan yang lahir dari pemikiran-pemikiran KOHATI. Isu isu keperempuanan akhir-akhir ini kian santer terjadi, tapi sama sekali tidak tersentuh. Bahkan Gaung KOHATI yaris tak terdengar. Tidak nampak seperti KOHATI pada masa lampau yang lantang membela hak kaum perempuan, tegas mengutuk para oknum pejabat yang mendiskreditkan kaum menoritas. Mungkinkah KOHATI pada saat ini mengalami Sindrom Konservatisme, artinya apa yang besar dimasa lalu seolah menjadi fakta tentang kualitas KOHATI dimasa kini yang jumawa dan semakin berbesar kepala. Bagaimana mereka akan melakukan perubahan di tingkat nasional, jika melakukan perubahan di tingkat grassroot saja tidak mampu dan cenderung setengah aktif berproses dan mengabdi di HMI. Sampai kapan KOHATI akan terus menerus berjalan ditempat?. Saat ini bisa dikatakan, “antara ada dan tiada”. KOHATI pada masa kini belum bisa memberikan sumbangsih nyata untuk kemajuan perempuan indonesia dan tentunya untuk bangsa indonesia. KOHATI yang seharusnya menjadi kader pembaharu, malah menjadi kader pengekor. KOHATI  saat ini seperti terbawa arus, banyak yang menuntut kesetaraan gender, dan tidak  sedikit yang menolaknya, padahal pada kenyataanya mereka masih terjebak di tempat yang sama. Mereka menafsirkan bebas adalah bebas yang sebebas-bebasnya, mereka tidak paham atau memang menutup hati untuk menerima pemahaman akan kebebasan dari perempuan. KOHATI masa kini lebih kepada materialitas bukan pada pengabdian dan memberikan manfaat untuk masyarakat sehingga ruang yang diberikan HMI-Wati untuk mengaktualisasikan ide, gagasan dan pemikirannya tersia-siakan. Hal ini tentu menjadi permasalahan yang cukup kompleks di tubuh HMI yang harus segera diselesaikan.
KOHATI yang sudah genap berusia 50 tahun, usia yang tak lagi muda, bisa dikatakan sudah pernah merasakan asam garam manis pahitnya kehidupan ber-organisasi dibumi pertiwi ini. maka sudah semestinya KOHATI dapat menuntaskan permasalahan-permasalahan yang tidak kunjung ada titik temunya. Permasalahannya kini bukan lagi pada budaya patriarki, karena secar keseluruhan indonesia memberikan pada kaum perempuan. Bahkan dalam bidang politik, sudah terdapat apresiasi terhadap perjuangan perempuan dengan affirmative action 30% berdasarkan UU No. 8 Tahun 2012. Tapi ternyata hal tersebut kurang dimaksimalkan oleh perempuan itu sendiri sehingga tidak mencapai target yang sudah ditentukan. “Orang Terhormat Tidak Akan Menimpakan Kesalahan Pada Orang Lain” lagi pula petani tidak menyalahkan tanah yang tidak subur dan seorang musisi tidak menyalahkan alat musiknya. Masalah sebenarnya ada pada pemiliknya, tidak bergantung pada bendanya. Maksudnya, HMI-Wati sudah jelas-jelas diberikan ruang berproses akan tetapi HMI-Wati tidak mempunyai ghiroh dalam berproses di KOHATI. Sehingga kualitas intergritas dan keintelektualan serta daya kritis kader HMI-Wati mulai menurun bahkan luntur.
Kami selaku kader HMI yang dilahirkan dari rahim HMI KOMEK UNIRA (sebutan populer dari HMI KOMISARIAT EKONOMI UNIRA yang bertempat di terminal Ronggosukowati Kabupaten Pamekasan Madura), merasa kecewa dengan keadaan HMI-Wati saat ini, tidak konsistennya dan tidak masifnya progresifitas kader KOHATI dalam melakukan gerakan menjadi penyebab lunturnya sebuah perjuangan. Gerakan kader KOHATI untuk mengembangkan dan meningkatkan potensi kader HMI-Wati dalam wacana dan dinamika keperempuanan terlihat stagnan. Kini HMI-Wati mengalami pengikisan dari segi kualitas maupun kuantitas kader yang aktif berhimpun di tubuh HMI. inilah realitas yang dapat dilihat di komisariat-komisariat, khususnya komisariat yang berada dibawah naungan HMI Cabang pamekasan. bahkan sekretariat yang seharusnya menjadi wadah pertama dalam proses kaderisasi malah hanya di pergunakan untuk tempat makan dan tidur saja, tak ubahnya hotel prodeo. Berbagai training yang di ikuti terkesan hanya kewajiban yang disepelekan esensi formalnya, dilalui sebagai penuntasan tanggung jawab yang di iringi candaan dengan mengatasnamakan kebersamaan, tanpa memikirkan bagaimana membentuk profil kader yang baik dan benar. terlalu banyak kader bahkan pengurus yang tidak memahami konstitusi HMI dan PDK KOHATI, Bukankah sangat menggelikan, Bagaimana kita akan menjalankan peran dan fungsinya jika kebenaran konstitusi HMI dan PDK KOHATI tidak ubahnya tumpukan koran yang kusut tak ternilai. Hal ini tentu menjadi PR tersendiri bagi para pengurus KOHATI HMI Cabang pamekasan lebih-lebih bagi Pengurus HMI Cabang Pamekasan selaku institusi tertinggi HMI di tingkat kabupaten/kota. Jika kondisi komisariat sedemikian parah maka terlalu parah rasanya jika mereka (KOHATI HMI CABANG PAMEKASAN) tidak menyadari keadaan KOHATI yang semakin hari semakin memprihatikan, Maka Pengurus KOHATI HMI Cabang Pamekasan perlu melakukan terobosan-terobosan dan memberikan racikan pemikiran yang special guna menyelematkan KOHATI dari berbagai belenggu permasalahan, sehingga kader KOHATI bisa bahagia dan tentunya berbanding lurus dengan kebahagiaan HMI wabil khusus KOHATI sesuai lagu Hymne HMI.
#BAHAGIA HMI
#JAYALAH KOHATI
#SavePerkaderan

#HMIKOMEKUNIRA

Rabu, 12 Oktober 2016

KITA HARI INI

KITA HARI INI
Oleh : MUHLAS (DEP. PTKP)
Di pagi yang baru kita lalui, berbagai  keinginanan dan harapan kita tuangkan dalam buku harian kita. Semua tampak indah kita jalankan di pagi itu.  Karna kita menjadi satu ikatan yaitu berteman lebih dari saudara, bersaudara tidak pura-pura, dan dunia seolah menjadi milik kita. Kita bersama-sama belajar melangkah, meratapi jalanan karna berbagai batu dan krikil mulai memperhatikan kita. Kita solid dan kita kompak karna tidak ada satupun kaki dari kita yang terkena noda. Di pagi itu kita laksana semut, rayap dan lebah. Aku pun merasa, jika seandainya kita terus seperti itu, apalagi hanya desa dunia pun akan kita taklukkan.
Sudah seperempat perjalanan kita lalui, pagi sudah mulai berlalu, sinar matahari mulai menyingsing menjemput siang yang tak kunjung datang. Kita tetap bersanding dengan harapan dan keinginan meski satu persatu sudah mulai bisa kita petik. Keyakinan mulai tumbuh, optimis semakin berkobar seperti api yang menghantam hutan di kepulauan Riau. Ide dan gagasan selalu kita coba tuangkan dalam konsep yang baru, karna kelahiran kita hari ini harus punya ciri dari mereka dan pendahulu kita yang baru menghempaskan sayapnya menuju pulau yang lebih luas. Kita juga harus punya peradaban sendiri, mengecat langit dan melukis bumi dengan tangan kita sendiri, Kita belajar untuk tidak menjadi mereka, apa lagi pendahulu kita. Dan itu sebenarnya adalah kita,
Hari sudah mulai panas karna pagi sudah mulai berganti siang. Embun, angin dan pepohonan tak lagi mengindahkan  pejalanan kita. Harapan dan keinginan yang telah kita tuangkan dalam buku harian kita seolah mulai kusut terkena debu dan sinar matahri. Apa lagi kaki kita yang mulai terkena noda, mulai tergelincir satu persatu karna licinnya jalan yang telah kita lalui dan yang akan kita lalui. Meski ada sebagian dari kita yang mencoba meniup debu-debu itu, membuka baju menutupi dari panasnya matahari dan mengulurkan tangan agar luput dari licinnya jalan .
Aku mulai bingung dengan keadaan yang seperti ini. Karna keadaan ini sedikitpun tidak pernah teragendakan. Ataukah ini memang agenda malaikat tampa sayap itu. Atau ini memang sudah agenda Tuhan. Aku sempat berfikir, seandainya aku boleh meminta kepada Tuhan. Aku meminta cukup degan pagi itu, tidak harus memberi siang jika ceritanya akan rapuh seperti ini. Karna aku ingin kisah dipagi itu bukan seperti sekarang ini. Tapi sudahlah, ayo kita menunduk saja kawan, membuka hati dan metutup telinga. Toh ini bukan dunia fiktif tapi dunia nyata, semua tidak akan pernah terulang. Kita harus bangkit meski kita punya satu tangan, satu kaki bahkan separuh jantung untuk bagaimana kita tetap bisa bernafas. Karna kita akan lebih ternilai bila kita mampu bangkit dalam keterpurukan. Meski semua tampak mengaung akan cerita kita.
Jadikanlah apa yang telah kita jalankan bagian dari sejarah manis yang akan kita kenang dikemudian hari, untuk tetap menanamkan semangat juang dalam berhimpun. Karna sejarah adalah cermin dalam kehidupan ini. Sejarah adalah mobil yang akan mengantarkan kepada tempat yang akan kita tuju. Itulah hal yang harus kita pahami baik secara tersirat atau tersurat dari keadan yang pernah kita lalui, untuk tetap menjaga ketegaran dalam ketidak sempurnaan. Seperti yang telah Allah sebutkan dalam Al-qur,an, yaitu: wal tanzhur nafsun ma qoddamad lighodim; perhatikan sejarahmu untuk masa depanmu (Qs. Al-Hasyr/59: 18). Karna pemahaman atas sejarah akan menjadi lebih kokoh dan arif  dalam menghadapi persoalan seperti sekarang. Dan dengan memahami sejarah itu pula kita bisa mengevaluasi jejak langkah kita yang kusut dan memproyeksikan langkah kita agar kaki kita menapaki surga di balik jerih payah kita. Ayo kita berdiri, melihat bulan dan memetik bintang demi umat dan bangsa.

Sampang.12-Oktober-2016.




Selasa, 02 Agustus 2016

SEJARAH KITA (HMI KOMEK UNIRA)




BAHAGIA HMI
JAYALAH KOHATI

SEJARAH KITA ( HMI KOMEK UNIRA )
Oleh : HAMSUN (MPK PK HMI KOMEK UNIRA)
 Di awal kelahirannya, HMI KOMISARIAT EKONOMI (KOMEK) UNIRA penuh dengan kontroversi, penuh dengan pujian, penuh pula dengan hujatan. Dilahirkan dari rahim HMI UNIRA pada periode 2010-2011, melalui RAPAT ANGGOTA KOMISARIAT (RAK) yang bertempat di Kantor Kecamatan Barurambat Kota (BARKOT) Kakanda MOH IMAM CHUSNUL ARIEF, SE.  menjadi ketua umum pertama yang terpilih secara aklamasi, begitu pula dengan saudara kandungnya, HMI FKIP mengangkat Kakanda FAIZ, Spd. menjadi sang nahkoda, dan Kakanda USMAN, SH. dipercaya menjadi raja kecil di HMI KOMISARIAT BERSAMA UNIRA. Dengan dimekarkannya HMI UNIRA menjadi tiga KOMISARIAT, diharap mampu mengakomodir dan memfasilitasi semua kader yang selama ini tidak terjamah karena kuantitas kader yang mebeludak dan kapasitas pengurus yang terbatas.
Legalitas formal ketiga pemimpin tersebut direalisasikan secara bersama, pengukuhan dan pelantikan kepengurusan baru pun berjalan begitu hikmad, AULA UTAMA SMA 1 PAMEKASAN menjadi saksi bisu atas sejarah baru yang dipersembahkan oleh HMI UNIRA. Dan akhirnya HMI KOMEK UNIRA, HMI FKIP UNIRA, dan HMI KOMBES UNIRA sah secara administrasi sebagai komisariat penuh di bawah naungan HMI Cabang Pamekasan. Sejarah berlalu, dunia berkembang dan modernisasi membuka kran kebebasan berpendapat, tak hayal beberapa kader HMI memberikan koreksi dan evaluasi baik yang bersifat internal HMI dan eksternal HMI guna adanya perubahan di tubuh himpunan yang lebih progresif.
Pemekaran HMI UNIRA lagi-lagi mencuat dipermukaan dan menjadi pembahasan yang sangat alot di kalangan kader, pengurus, bahkan dikalangan alumni. Ada sebagian yang berpendapat bahwa; HMI UNIRA sudah waktunya dimekarkan karna kader yang membeludak (kuantitas) membuat pengurus kewalahan, sehingga kaderisasi tidak masif dan tidak merata, ada pula yang memberikan pendapat dan menjadi anti tesa atas pendapat di atas bahwa;  HMI UNIRA tidak siap dimekarkan tapi dipaksa untuk dimekarkan karna terindikasi ada tendensi politis didalamnya. Mungkin begitulah kesimpulan dari sekian banyak pendapat yang pernah saya dengar baik di forum resmi atau bahkan di forum diskusi cangkruan (ala anak HMI) pada waktu itu.
Pada puncaknya, pro dan kontra pemekaran HMI UNIRA berimbas terhadap ketidak aktifan pengurus di masing-masing komisariat yang berada di bawah naungan HMI UNIRA. Ketidak harmonisan antar ketua umum menambah peliknya masalah di tubuh himpunan ini, tak hayal mala petaka menghampiri, sekretariat yang dijadikan kantor bersama HMI KOMEK, FKIP, dan KOMBES di segel hingga dua kali dengan alasan (bagi yang merasa) yang menurut saya tidak etis jika ditulis dalam artikel ini. entah berapa hari, berapa minggu dan berapa bulan nasib kader HMI UNIRA pada saat itu terlantarkan begitu saja, bak seorang anak kecil yang tidak mempunyai orang tua dan tidak mempunyai rumah sekalipun, mereka (kader) tidak terfasilitasi, tidak terakomodir dengan baik dan mereka tidak terhimpun dalam suatu wadah yang mampu menyadarkan mereka tentang manfaat berorganisasi. Pada waktu itu, mungkin mereka merindukan suasana forum kajian/diskusi dan kegiatan yang memupuk hasanah keilmuan yang ramai dengan argumentasi dan referensi, mungkin pula mereka merindukan suasana kekeluargaan (berteman lebih dari saudara) yang berada di tubuh himpunan yang sedari dulu selalu di dengung-dengungkan.
Masih teringat betul, Betapa hancurnya internal HMI pada waktu itu, Sepetak bangunan tua mengerikan yang menjadi sekretariat bersama semakin hari semakin tak terurus, sebuah bangunan yang berdinding kayu, tanpa ada pembeda antara ruangan rapat, ruang kerja, dan ruang tidur pengurus. Atap yang mulai lapuk karena sudah dimakan usia, dinding pembatas yang terbuat dari anyaman bambu yang bolong semakin menambah betapa mirisnya kantor HMI Komisariat UNIRA. Alih-alih untuk memberikan terobosan baru guna menutupi hal-hal negatif itu, pengurus dari masing-masing komisariat acuh tak acuh dengan kondisi yang ada, terbukti; sekretariat hanya di tempati oleh dua pengurus, yaitu satu Pengurus KOMBES UNIRA dan satu kader HMI KOMEK UNIRA. Sudah barang tentu jika pengurus tidak ada di kantornya sendiri maka siapa yang akan mengurus kader-kadernya,  bukankah tugas dasar pengurus harus mengurus sesuatu yang wajib di urus?!
          Kondisi tersebut terus menyelimuti Komisariat, sebelum akhirnya salah satu kader HMI KOMEK UNIRA melakukan sebuah gerakan melalui tulisan berupa artikel, guna memberikan sebuah kritik terhadap kepengurusan HMI yang ada di bawah naungan UNIRA pada umumnya dan kepada Kepengurusan HMI KOMEK UNIRA pada hususnya. Artikel yang di prin-out lalu digandakan itu ditempel di beberapa tempat, seperti; ditempelkan di Mading dan pintu KOMISARIAT dan bahkan ditempelkan di jendela sekretariat HMI CABANG PAMEKASAN. Alhasil, rupanya tulisan tersebut tidak mampu membuat hati Pengurus terketuk untuk melakukan sebuah perubahan di tubuh himpunan ini. Meskipun langkah pertama tidak sesuai dengan yang diharapkan, Rupanya kader tersebut melakukan langkah kedua, yaitu; mengundang dengan paksa seluruh pengurus, kader dan alumni yang masih peduli kepada HMI KOMEK UNIRA yang bertempat di Terminal Ronggusukowati, tepatnya dibawah tiang bendera Merah Putih di terminal.
          Pertemuan yang dikonsep semi formal tersebut rupanya untuk meminta pertanggung jawaban dari masing-masing pengurus HMI KOMEK UNIRA dan meminta saran kepada Alumni tentang solusi dari carut marutnya kondisi HMI pada waktu itu. Tidak hanya untuk diminta pertanggung jawaban saja, Kepengurusan disuruh memilih antara melakukan sebuah pembenahan dan perubahan yang nyata untuk HMI KOMEK UNIRA atau membubarkan HMI KOMEK UNIRA. Musyawarah tersebut memakan waktu yang sangat lama, dari diskusi yang kondusif sampai terjadi perdebatan yang sangat alot, dan bahkan ada pengurus yang emosinya tidak terkontrol lagi. Tapi alhamdulillah akhirnya terjadilah kesepakatan bersama bahwa HMI KOMEK UNIRA akan melakukan sebuah pembenahan dan perubahan dengan mengedepankan kebersamaan antara Pengurus dan Kader.
          Selang beberapa hari dari musyawarah tersebut, rupanya hasil kesepakatan di atas tidak kunjung terwujud. Kondisi Komisariat tetap saja tidak ada pembeda dengan sebelumnya, hingga hal tersebut menyulut emosi kader yang berdomisili di Komisariat. Konsolidasipun gencar dilakukan untuk melakukan sebuah kudeta terhadap sang nahkoda, hingga akhirnya komunikasi/loby-loby mulai dilakukan oleh beberapa Pengurus untuk mengantisipasi adanya hal-hal yang tidak di inginkan. Mikanisme komunikasi HMI pun diterapkan untuk menyatukan sebuah persepsi antara penggugat dan tergugat, Dengan berdalil mencintai HMI tapi berdalih telah membuat fakum HMI.
          Seiring berjalannya waktu, tanpa diduga, kesepakatan terjadi saat beberapa komponen di organisasi cetusan Ayahanda Lafran Panie ini berkompromi saat mereka mulai jenuh menghadapi kondisi yang ada, yang tentunya secara akal sehat pertikaian tersebut sangat merugikan HMI dan Kader HMI. Menyudahi pertikaian secara terbuka sama halnya berdiri dipantai lepas dengan panorama alam yang mempesona. Sungguh hal yang sangat istimewa dan menakjubkan dengan berkontemplasi menggapai masa depan yan cemerlang . Mungkin begitu kira-kira rasa yang terpatri dalam sanubari mereka.
          HMI UNIRA yang pada waktu itu menjadi sorotan dan menjadi perbincangan di kalangan kader komisariat sendiri atau juga dikalangan kader komisariat lain yang ada dibawah naungan HMI Cabang Pamekasan akhirnya bergegas membuat sebuah gebrakan. Demi menyelamatkan nama baik institusi, maka HMI KOMEK UNIRA melalui rapat harian yang dihadiri oleh 2 pengurus dan 3 kader, terbentuklah panitia Basic Training LK I dengan target peserta yang tidak terbatas, guna menjaga kaderisasi dan regenerasi yang kelak akan menjadi pewaris tahta estafet kepemimpinan yang sebeblumnya.
          Pelaksanaan LK I HMI KOMEK UNIRA rupanya menjadi pelecut semangat bagi kader-kader HMI FKIP UNIRA yang memang pada realitanya, LK HMI FKIP UNIRA banyak hal-hal yang perlu di evaluasi dan dijadikan proyeksi dimasa mendatang baik dari segi peserta atau dari teknis lainnya. Tapi sayang seribu sayang, hal yang serupa tidak bisa di ikuti oleh HMI KOMBES UNIRA yang hingga saat ini pun masih terkatung-katung dalam pencarian konsistensi. Dan tentunya, HMI CABANG PAMEKASAN tidak menutup mata dengan kejadian semacam itu, perlu ada program kerja yang memang berhubungan langsung dengan komisariat, setidak-tidaknya melakukan kunjungan ke semua komisariat yang dikonsep diskusi atau serap aspirasi sehingga HMI CABANG tahu betul kondisi di masing-masing Komisariat.
          Mungkin begitulah kira-kira gambaran sepintas dimasa silam, yang tentunya menjadi penyemangat bagi kita semua selaku kader HMI KOMEK UNIRA, bahwa adanya HMI KOMEK UNIRA tidak seperti saat ini, tidak punya sekretariat sebesar saat ini, tidak ada beberapa kamar seperti saat ini, tidak ada bantal dan kasur seperti saat ini, tidak ada lemari yang berjejer disetiap kamar seperti saat ini, tidak ada desain lambang HMI, lukisan KOHAWAN dan KOHATI seperti saat ini, tidak ada dapur dengan fasilitas yang lengkap seperti saat ini, tidak ada persediaan beras seperti saat ini, tidak ada kamar mandi seperti saat ini, tidak ada lahan parkir motor seperti saat ini, tidak ada ruang rapat seluas seperti saat ini, tidak ada fasilitas yang  mapan seperti saat ini. Bayangkan saja jika sekretariat yang lama itu kalian tempati. Maka perlu kiranya kita tunjukkan konsistensi dalam lingkup kaderisasi dengan kelebihan-kelebihan yang telah kita miliki saat ini, Sehingga semua orang tidak lagi memandang sebelah mata tentang HMI KOMEK UNIRA yang kita cintai ini.

#SavePerkaderan
#JanganLupaBahagia

Rabu, 27 Juli 2016

PENGURUS BARU DENGAN SEJARAH BARU





Oleh : MUHLAS (DEP. PTKP)


PENGURUS BARU DENGAN SEJARAH BARU

            Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Pamekasan Komisariat Ekonomi UNIRA atau yang lebih dikenal dengan sebutan HMI KOMEK UNIRA yang terletak di tempat strategis di depan terminal Ronggosukowati Ceguk Pamekasan. Selama ini, sejak kelahirannya senantiasa melahirkan sejarah baru yang dipersembahkan oleh para kader kader-Nya, Menuangkan ide-ide untuk membuat konsep yang istimewa dan penuh dengan tanda tanya. Prinsip yang radikal dalam arti positif selalu menjadi tembok pertahanan persaingan dan menjadi anak panah dalam menerka setiap peluang. Selalu mengkaji, Menanamkan jiwa aktif dan kritis yang selalu terpatri dalam jiwa dan aktifitas kader HMI KOMEK UNIRA dari zaman lampau hingga sekarang. Sehingga mencetak kader menjadi kader pemikir yang handal dan pengaplikator merupakan hal yang objektif untuk diraih dengan penuh makna.
            Pada Rabu 21/07/2016 menggelar Rapat Harian dengan tujuan mengevaluasi program kerja yang dilakukan oleh pengurus internal ataupun eksternal, yang pada kenyataannya beberapa hari terakhir mengalami kemandekan dikarenakan liburan hari raya idzul fitri selama satu minggu, Isi rapat harian tersebut juga membahas kembali kesepakatan rapat harian sebelumnya (akhir bulan Ramadhan). Yaitu akan di adakannya Basic Training LK I (Latihan Kader I) Spacial For Economic Students Of Madura University. Latihan Kader I yang dikemas dengan konsep baru akhirnya akan di aplikasikan oleh pengurus HMI KOMEK UNIRA sehingga ini menjadi tantangan baru pula bagi para pengurus dan anggota yang baru dua bulan menjalakan roda kepengurusan.
            Rapat tersebut dihadiri oleh MPK PK, Pengurus dan Kader HMI KOMEK UNIRA dengan melahirkan kesepakatan bersama untuk mengadakan Latihian Kader I yang memang dihususkan untuk Mahasiswa Fakultas Ekonomi UNIRA tanpa menerima peserta delegasi dari Komisariat yang lain. Beberapa alasan yang disampaikan oleh para anggota rapat pada saat itu. Di antaranya, mengapa harus mengadakan Latihan Kader I Spacial For Economic Students Of Madura University?. tidak lain hanyalah untuk meningkatkan perkaderan dan membantu mahasiswa dari keterlambatan yang ingin berhimpun dan bergabung dengan Himpunan Mahasiswa Islam pada umumnya dan HMI KOMEK UNIRA pada hususnya. Hal tersebutlah yang menjadi semangat seluruh kader untuk meneruskan pengabdiannya kepada sang Hijau Hitam.
            Pada saat itu pula dilakukanlah pembetukan kepanitiaan, Penetapan tanggal pelaksanaan dan sekaligus pembuatan tema yang tepat untuk Basic Training (LK I) tersebut. Kesepakatan yang dihasilkan pada saat itu, Tanggal pelaksanaan diletakkan pada tanggal 05-09 Agustus 2016 yang bertempat di Yayasan Al-Ikhlas. Al Mutaabbitbillah salah satu kader HMI KOMEK UNIRA angkatan 2014 yang disepakati dan di percaya oleh para Pengurus dan Anggota untuk menjadi ketua panitia dan menjalankan roda kepanitiaan. Setelah menuai diskusi dan perdebatan yang sangat alot akhirnya semua peserta rapat mengangkat sebuah Tema “CREATING THE CADRE INTELLIGENCE FOR THE FUTURE OF NATION” yang artinya Menjadikan Manusia Pemikir Untuk Bertindak di Generasi Selanjutnya.
            Kakanda Afriyantono selaku Ketua Umum HMI KOMEK UNIRA sangat mengapresiasi dan sangat mendukung dengan akan di adakannya  Latihan Kader I Spacial For Economic Students Of Madura University tersebut. Dia mengatakan, “HMI adalah organisasi kader yang besar yang selalu menciptakan kader berintelektual tinggi, sehingga wajib bagi kita sebagai Pengurus dan Anggota HMI KOMEK UNIRA untuk menciptakan sejarah yang memukau seperti yang ditorehkan oleh para pendahulu kita (KAHMI/Alumni).” tuturnya.
            Selain itu, Kakanda Hamsun selaku Kordinator MPK PK HMI KOMEK UNIRA yang juga pernah menjadi ketua umum periode 2014-2015, Sepakat dan mendukung atas akan digelarnya Basic Training tersebut, bahkan Kordinator MPK PK tersebut mengatakan akan mengkoordinir Anggotanya, untuk membantu sepenuhnya baik secara moril ataupun materil demi lancarnya Latian Kader I yang akan di adakan HMI KOMEK UNIRA, karna ini merupakan program pertama Kepengurusan HMI KOMEK UNIRA yang baru, dan ini merupakan bentuk apresiasi saya.” Ujarnya.
            Kakanda Hamsun juga menambahkan, “Untuk suksesnya acara tersebut, maka Panitia (OC) harus benar-benar menerapkan mikanisme komunikasi yang sudah dianjurkan di HMI, seperti; Konsultasi,Koordinasi dan lainnya. Lebih-lebih dalam menyatukan persepsi antara Panitia (OC) dengan Panitia (SC), Sehingga pelaksanaan Basic Training tidak seperti yang sebelumnya, Yang disebabkan adanya keteledoran Panitia (OC) dan ketidak becusan Panitia (SC) dalam mengatur Agenda Acara Basic Training tersebut. Sehingga tidak ada ceritanya ketika pelaksanaan LK, Pemateri datang terlambat, Pemateri tidak hadir dan bahkan materi-materi LK tidak tersusun sebagaimana amanah petunjuk teknis training yang dikeluarkan oleh BPL PB HMI.
 (Pamekasan 26/07/2016).