Selasa, 02 Agustus 2016

SEJARAH KITA (HMI KOMEK UNIRA)




BAHAGIA HMI
JAYALAH KOHATI

SEJARAH KITA ( HMI KOMEK UNIRA )
Oleh : HAMSUN (MPK PK HMI KOMEK UNIRA)
 Di awal kelahirannya, HMI KOMISARIAT EKONOMI (KOMEK) UNIRA penuh dengan kontroversi, penuh dengan pujian, penuh pula dengan hujatan. Dilahirkan dari rahim HMI UNIRA pada periode 2010-2011, melalui RAPAT ANGGOTA KOMISARIAT (RAK) yang bertempat di Kantor Kecamatan Barurambat Kota (BARKOT) Kakanda MOH IMAM CHUSNUL ARIEF, SE.  menjadi ketua umum pertama yang terpilih secara aklamasi, begitu pula dengan saudara kandungnya, HMI FKIP mengangkat Kakanda FAIZ, Spd. menjadi sang nahkoda, dan Kakanda USMAN, SH. dipercaya menjadi raja kecil di HMI KOMISARIAT BERSAMA UNIRA. Dengan dimekarkannya HMI UNIRA menjadi tiga KOMISARIAT, diharap mampu mengakomodir dan memfasilitasi semua kader yang selama ini tidak terjamah karena kuantitas kader yang mebeludak dan kapasitas pengurus yang terbatas.
Legalitas formal ketiga pemimpin tersebut direalisasikan secara bersama, pengukuhan dan pelantikan kepengurusan baru pun berjalan begitu hikmad, AULA UTAMA SMA 1 PAMEKASAN menjadi saksi bisu atas sejarah baru yang dipersembahkan oleh HMI UNIRA. Dan akhirnya HMI KOMEK UNIRA, HMI FKIP UNIRA, dan HMI KOMBES UNIRA sah secara administrasi sebagai komisariat penuh di bawah naungan HMI Cabang Pamekasan. Sejarah berlalu, dunia berkembang dan modernisasi membuka kran kebebasan berpendapat, tak hayal beberapa kader HMI memberikan koreksi dan evaluasi baik yang bersifat internal HMI dan eksternal HMI guna adanya perubahan di tubuh himpunan yang lebih progresif.
Pemekaran HMI UNIRA lagi-lagi mencuat dipermukaan dan menjadi pembahasan yang sangat alot di kalangan kader, pengurus, bahkan dikalangan alumni. Ada sebagian yang berpendapat bahwa; HMI UNIRA sudah waktunya dimekarkan karna kader yang membeludak (kuantitas) membuat pengurus kewalahan, sehingga kaderisasi tidak masif dan tidak merata, ada pula yang memberikan pendapat dan menjadi anti tesa atas pendapat di atas bahwa;  HMI UNIRA tidak siap dimekarkan tapi dipaksa untuk dimekarkan karna terindikasi ada tendensi politis didalamnya. Mungkin begitulah kesimpulan dari sekian banyak pendapat yang pernah saya dengar baik di forum resmi atau bahkan di forum diskusi cangkruan (ala anak HMI) pada waktu itu.
Pada puncaknya, pro dan kontra pemekaran HMI UNIRA berimbas terhadap ketidak aktifan pengurus di masing-masing komisariat yang berada di bawah naungan HMI UNIRA. Ketidak harmonisan antar ketua umum menambah peliknya masalah di tubuh himpunan ini, tak hayal mala petaka menghampiri, sekretariat yang dijadikan kantor bersama HMI KOMEK, FKIP, dan KOMBES di segel hingga dua kali dengan alasan (bagi yang merasa) yang menurut saya tidak etis jika ditulis dalam artikel ini. entah berapa hari, berapa minggu dan berapa bulan nasib kader HMI UNIRA pada saat itu terlantarkan begitu saja, bak seorang anak kecil yang tidak mempunyai orang tua dan tidak mempunyai rumah sekalipun, mereka (kader) tidak terfasilitasi, tidak terakomodir dengan baik dan mereka tidak terhimpun dalam suatu wadah yang mampu menyadarkan mereka tentang manfaat berorganisasi. Pada waktu itu, mungkin mereka merindukan suasana forum kajian/diskusi dan kegiatan yang memupuk hasanah keilmuan yang ramai dengan argumentasi dan referensi, mungkin pula mereka merindukan suasana kekeluargaan (berteman lebih dari saudara) yang berada di tubuh himpunan yang sedari dulu selalu di dengung-dengungkan.
Masih teringat betul, Betapa hancurnya internal HMI pada waktu itu, Sepetak bangunan tua mengerikan yang menjadi sekretariat bersama semakin hari semakin tak terurus, sebuah bangunan yang berdinding kayu, tanpa ada pembeda antara ruangan rapat, ruang kerja, dan ruang tidur pengurus. Atap yang mulai lapuk karena sudah dimakan usia, dinding pembatas yang terbuat dari anyaman bambu yang bolong semakin menambah betapa mirisnya kantor HMI Komisariat UNIRA. Alih-alih untuk memberikan terobosan baru guna menutupi hal-hal negatif itu, pengurus dari masing-masing komisariat acuh tak acuh dengan kondisi yang ada, terbukti; sekretariat hanya di tempati oleh dua pengurus, yaitu satu Pengurus KOMBES UNIRA dan satu kader HMI KOMEK UNIRA. Sudah barang tentu jika pengurus tidak ada di kantornya sendiri maka siapa yang akan mengurus kader-kadernya,  bukankah tugas dasar pengurus harus mengurus sesuatu yang wajib di urus?!
          Kondisi tersebut terus menyelimuti Komisariat, sebelum akhirnya salah satu kader HMI KOMEK UNIRA melakukan sebuah gerakan melalui tulisan berupa artikel, guna memberikan sebuah kritik terhadap kepengurusan HMI yang ada di bawah naungan UNIRA pada umumnya dan kepada Kepengurusan HMI KOMEK UNIRA pada hususnya. Artikel yang di prin-out lalu digandakan itu ditempel di beberapa tempat, seperti; ditempelkan di Mading dan pintu KOMISARIAT dan bahkan ditempelkan di jendela sekretariat HMI CABANG PAMEKASAN. Alhasil, rupanya tulisan tersebut tidak mampu membuat hati Pengurus terketuk untuk melakukan sebuah perubahan di tubuh himpunan ini. Meskipun langkah pertama tidak sesuai dengan yang diharapkan, Rupanya kader tersebut melakukan langkah kedua, yaitu; mengundang dengan paksa seluruh pengurus, kader dan alumni yang masih peduli kepada HMI KOMEK UNIRA yang bertempat di Terminal Ronggusukowati, tepatnya dibawah tiang bendera Merah Putih di terminal.
          Pertemuan yang dikonsep semi formal tersebut rupanya untuk meminta pertanggung jawaban dari masing-masing pengurus HMI KOMEK UNIRA dan meminta saran kepada Alumni tentang solusi dari carut marutnya kondisi HMI pada waktu itu. Tidak hanya untuk diminta pertanggung jawaban saja, Kepengurusan disuruh memilih antara melakukan sebuah pembenahan dan perubahan yang nyata untuk HMI KOMEK UNIRA atau membubarkan HMI KOMEK UNIRA. Musyawarah tersebut memakan waktu yang sangat lama, dari diskusi yang kondusif sampai terjadi perdebatan yang sangat alot, dan bahkan ada pengurus yang emosinya tidak terkontrol lagi. Tapi alhamdulillah akhirnya terjadilah kesepakatan bersama bahwa HMI KOMEK UNIRA akan melakukan sebuah pembenahan dan perubahan dengan mengedepankan kebersamaan antara Pengurus dan Kader.
          Selang beberapa hari dari musyawarah tersebut, rupanya hasil kesepakatan di atas tidak kunjung terwujud. Kondisi Komisariat tetap saja tidak ada pembeda dengan sebelumnya, hingga hal tersebut menyulut emosi kader yang berdomisili di Komisariat. Konsolidasipun gencar dilakukan untuk melakukan sebuah kudeta terhadap sang nahkoda, hingga akhirnya komunikasi/loby-loby mulai dilakukan oleh beberapa Pengurus untuk mengantisipasi adanya hal-hal yang tidak di inginkan. Mikanisme komunikasi HMI pun diterapkan untuk menyatukan sebuah persepsi antara penggugat dan tergugat, Dengan berdalil mencintai HMI tapi berdalih telah membuat fakum HMI.
          Seiring berjalannya waktu, tanpa diduga, kesepakatan terjadi saat beberapa komponen di organisasi cetusan Ayahanda Lafran Panie ini berkompromi saat mereka mulai jenuh menghadapi kondisi yang ada, yang tentunya secara akal sehat pertikaian tersebut sangat merugikan HMI dan Kader HMI. Menyudahi pertikaian secara terbuka sama halnya berdiri dipantai lepas dengan panorama alam yang mempesona. Sungguh hal yang sangat istimewa dan menakjubkan dengan berkontemplasi menggapai masa depan yan cemerlang . Mungkin begitu kira-kira rasa yang terpatri dalam sanubari mereka.
          HMI UNIRA yang pada waktu itu menjadi sorotan dan menjadi perbincangan di kalangan kader komisariat sendiri atau juga dikalangan kader komisariat lain yang ada dibawah naungan HMI Cabang Pamekasan akhirnya bergegas membuat sebuah gebrakan. Demi menyelamatkan nama baik institusi, maka HMI KOMEK UNIRA melalui rapat harian yang dihadiri oleh 2 pengurus dan 3 kader, terbentuklah panitia Basic Training LK I dengan target peserta yang tidak terbatas, guna menjaga kaderisasi dan regenerasi yang kelak akan menjadi pewaris tahta estafet kepemimpinan yang sebeblumnya.
          Pelaksanaan LK I HMI KOMEK UNIRA rupanya menjadi pelecut semangat bagi kader-kader HMI FKIP UNIRA yang memang pada realitanya, LK HMI FKIP UNIRA banyak hal-hal yang perlu di evaluasi dan dijadikan proyeksi dimasa mendatang baik dari segi peserta atau dari teknis lainnya. Tapi sayang seribu sayang, hal yang serupa tidak bisa di ikuti oleh HMI KOMBES UNIRA yang hingga saat ini pun masih terkatung-katung dalam pencarian konsistensi. Dan tentunya, HMI CABANG PAMEKASAN tidak menutup mata dengan kejadian semacam itu, perlu ada program kerja yang memang berhubungan langsung dengan komisariat, setidak-tidaknya melakukan kunjungan ke semua komisariat yang dikonsep diskusi atau serap aspirasi sehingga HMI CABANG tahu betul kondisi di masing-masing Komisariat.
          Mungkin begitulah kira-kira gambaran sepintas dimasa silam, yang tentunya menjadi penyemangat bagi kita semua selaku kader HMI KOMEK UNIRA, bahwa adanya HMI KOMEK UNIRA tidak seperti saat ini, tidak punya sekretariat sebesar saat ini, tidak ada beberapa kamar seperti saat ini, tidak ada bantal dan kasur seperti saat ini, tidak ada lemari yang berjejer disetiap kamar seperti saat ini, tidak ada desain lambang HMI, lukisan KOHAWAN dan KOHATI seperti saat ini, tidak ada dapur dengan fasilitas yang lengkap seperti saat ini, tidak ada persediaan beras seperti saat ini, tidak ada kamar mandi seperti saat ini, tidak ada lahan parkir motor seperti saat ini, tidak ada ruang rapat seluas seperti saat ini, tidak ada fasilitas yang  mapan seperti saat ini. Bayangkan saja jika sekretariat yang lama itu kalian tempati. Maka perlu kiranya kita tunjukkan konsistensi dalam lingkup kaderisasi dengan kelebihan-kelebihan yang telah kita miliki saat ini, Sehingga semua orang tidak lagi memandang sebelah mata tentang HMI KOMEK UNIRA yang kita cintai ini.

#SavePerkaderan
#JanganLupaBahagia

0 komentar:

Posting Komentar