BAHAGIA HMI
JAYALAH KOHATI
SEJARAH
KITA ( HMI KOMEK UNIRA )
Oleh : HAMSUN (MPK PK HMI KOMEK UNIRA)
Di awal kelahirannya, HMI KOMISARIAT EKONOMI
(KOMEK) UNIRA penuh dengan kontroversi, penuh dengan pujian, penuh pula dengan
hujatan. Dilahirkan dari rahim HMI UNIRA pada periode 2010-2011, melalui RAPAT
ANGGOTA KOMISARIAT (RAK) yang bertempat di Kantor Kecamatan Barurambat Kota
(BARKOT) Kakanda MOH IMAM CHUSNUL ARIEF, SE.
menjadi ketua umum pertama yang terpilih secara aklamasi, begitu pula
dengan saudara kandungnya, HMI FKIP mengangkat Kakanda FAIZ, Spd. menjadi sang nahkoda,
dan Kakanda USMAN, SH. dipercaya menjadi raja kecil di HMI KOMISARIAT BERSAMA
UNIRA. Dengan dimekarkannya HMI UNIRA menjadi tiga KOMISARIAT, diharap mampu
mengakomodir dan memfasilitasi semua kader yang selama ini tidak terjamah karena
kuantitas kader yang mebeludak dan kapasitas pengurus yang terbatas.
Legalitas
formal ketiga pemimpin tersebut direalisasikan secara bersama, pengukuhan dan
pelantikan kepengurusan baru pun berjalan begitu hikmad, AULA UTAMA SMA 1
PAMEKASAN menjadi saksi bisu atas sejarah baru yang dipersembahkan oleh HMI
UNIRA. Dan akhirnya HMI KOMEK UNIRA, HMI FKIP UNIRA, dan HMI KOMBES UNIRA sah secara
administrasi sebagai komisariat penuh di bawah naungan HMI Cabang Pamekasan. Sejarah
berlalu, dunia berkembang dan modernisasi membuka kran kebebasan berpendapat, tak hayal beberapa kader HMI memberikan
koreksi dan evaluasi baik yang bersifat internal HMI dan eksternal HMI guna adanya
perubahan di tubuh himpunan yang lebih progresif.
Pemekaran
HMI UNIRA lagi-lagi mencuat dipermukaan dan menjadi pembahasan yang sangat alot
di kalangan kader, pengurus, bahkan dikalangan alumni. Ada sebagian yang
berpendapat bahwa; HMI UNIRA sudah waktunya dimekarkan karna kader yang
membeludak (kuantitas) membuat pengurus kewalahan, sehingga kaderisasi tidak
masif dan tidak merata, ada pula yang memberikan pendapat dan menjadi anti tesa
atas pendapat di atas bahwa; HMI UNIRA
tidak siap dimekarkan tapi dipaksa untuk dimekarkan karna terindikasi ada
tendensi politis didalamnya. Mungkin begitulah kesimpulan dari sekian banyak
pendapat yang pernah saya dengar baik di forum resmi atau bahkan di forum
diskusi cangkruan (ala anak HMI) pada waktu itu.
Pada
puncaknya, pro dan kontra pemekaran HMI UNIRA berimbas terhadap ketidak aktifan
pengurus di masing-masing komisariat yang berada di bawah naungan HMI UNIRA. Ketidak
harmonisan antar ketua umum menambah peliknya masalah di tubuh himpunan ini,
tak hayal mala petaka menghampiri, sekretariat yang dijadikan kantor bersama HMI
KOMEK, FKIP, dan KOMBES di segel hingga dua kali dengan alasan (bagi yang
merasa) yang menurut saya tidak etis jika ditulis dalam artikel ini. entah
berapa hari, berapa minggu dan berapa bulan nasib kader HMI UNIRA pada saat itu
terlantarkan begitu saja, bak seorang anak kecil yang tidak mempunyai orang tua
dan tidak mempunyai rumah sekalipun, mereka (kader) tidak terfasilitasi, tidak terakomodir
dengan baik dan mereka tidak terhimpun dalam suatu wadah yang mampu menyadarkan
mereka tentang manfaat berorganisasi. Pada waktu itu, mungkin mereka merindukan
suasana forum kajian/diskusi dan kegiatan yang memupuk hasanah keilmuan yang
ramai dengan argumentasi dan referensi, mungkin pula mereka merindukan suasana
kekeluargaan (berteman lebih dari saudara) yang berada di tubuh himpunan yang
sedari dulu selalu di dengung-dengungkan.
Masih
teringat betul, Betapa hancurnya internal HMI pada waktu itu, Sepetak bangunan
tua mengerikan yang menjadi sekretariat bersama semakin hari semakin tak
terurus, sebuah bangunan yang berdinding kayu, tanpa ada pembeda antara ruangan
rapat, ruang kerja, dan ruang tidur pengurus. Atap yang mulai lapuk karena
sudah dimakan usia, dinding pembatas yang terbuat dari anyaman bambu yang
bolong semakin menambah betapa mirisnya kantor HMI Komisariat UNIRA. Alih-alih
untuk memberikan terobosan baru guna menutupi hal-hal negatif itu, pengurus
dari masing-masing komisariat acuh tak acuh dengan kondisi yang ada, terbukti;
sekretariat hanya di tempati oleh dua pengurus, yaitu satu Pengurus KOMBES
UNIRA dan satu kader HMI KOMEK UNIRA. Sudah barang tentu jika pengurus tidak ada
di kantornya sendiri maka siapa yang akan mengurus kader-kadernya, bukankah tugas dasar pengurus harus mengurus
sesuatu yang wajib di urus?!
Kondisi tersebut terus menyelimuti
Komisariat, sebelum akhirnya salah satu kader HMI KOMEK UNIRA melakukan sebuah
gerakan melalui tulisan berupa artikel, guna memberikan sebuah kritik terhadap
kepengurusan HMI yang ada di bawah naungan UNIRA pada umumnya dan kepada
Kepengurusan HMI KOMEK UNIRA pada hususnya. Artikel yang di prin-out lalu
digandakan itu ditempel di beberapa tempat, seperti; ditempelkan di Mading dan
pintu KOMISARIAT dan bahkan ditempelkan di jendela sekretariat HMI CABANG
PAMEKASAN. Alhasil, rupanya tulisan
tersebut tidak mampu membuat hati Pengurus terketuk untuk melakukan sebuah
perubahan di tubuh himpunan ini. Meskipun langkah pertama tidak sesuai dengan
yang diharapkan, Rupanya kader tersebut melakukan langkah kedua, yaitu;
mengundang dengan paksa seluruh pengurus, kader dan alumni yang masih peduli
kepada HMI KOMEK UNIRA yang bertempat di Terminal Ronggusukowati, tepatnya
dibawah tiang bendera Merah Putih di terminal.
Pertemuan yang dikonsep semi formal
tersebut rupanya untuk meminta pertanggung jawaban dari masing-masing pengurus
HMI KOMEK UNIRA dan meminta saran kepada Alumni tentang solusi dari carut
marutnya kondisi HMI pada waktu itu. Tidak hanya untuk diminta pertanggung
jawaban saja, Kepengurusan disuruh memilih antara melakukan sebuah pembenahan
dan perubahan yang nyata untuk HMI KOMEK UNIRA atau membubarkan HMI KOMEK
UNIRA. Musyawarah tersebut memakan waktu yang sangat lama, dari diskusi yang
kondusif sampai terjadi perdebatan yang sangat alot, dan bahkan ada pengurus
yang emosinya tidak terkontrol lagi. Tapi alhamdulillah akhirnya terjadilah
kesepakatan bersama bahwa HMI KOMEK UNIRA akan melakukan sebuah pembenahan dan
perubahan dengan mengedepankan kebersamaan antara Pengurus dan Kader.
Selang beberapa hari dari musyawarah
tersebut, rupanya hasil kesepakatan di atas tidak kunjung terwujud. Kondisi
Komisariat tetap saja tidak ada pembeda dengan sebelumnya, hingga hal tersebut
menyulut emosi kader yang berdomisili di Komisariat. Konsolidasipun gencar
dilakukan untuk melakukan sebuah kudeta terhadap sang nahkoda, hingga akhirnya komunikasi/loby-loby
mulai dilakukan oleh beberapa Pengurus untuk mengantisipasi adanya hal-hal yang
tidak di inginkan. Mikanisme komunikasi HMI pun diterapkan untuk menyatukan
sebuah persepsi antara penggugat dan tergugat, Dengan berdalil mencintai HMI
tapi berdalih telah membuat fakum HMI.
Seiring berjalannya waktu, tanpa
diduga, kesepakatan terjadi saat beberapa komponen di organisasi cetusan Ayahanda
Lafran Panie ini berkompromi saat mereka mulai jenuh menghadapi kondisi yang
ada, yang tentunya secara akal sehat pertikaian tersebut sangat merugikan HMI
dan Kader HMI. Menyudahi pertikaian secara terbuka sama halnya berdiri dipantai
lepas dengan panorama alam yang mempesona. Sungguh hal yang sangat istimewa dan
menakjubkan dengan berkontemplasi menggapai masa depan yan cemerlang . Mungkin begitu
kira-kira rasa yang terpatri dalam sanubari mereka.
HMI UNIRA yang pada waktu itu menjadi
sorotan dan menjadi perbincangan di kalangan kader komisariat sendiri atau juga
dikalangan kader komisariat lain yang ada dibawah naungan HMI Cabang Pamekasan
akhirnya bergegas membuat sebuah gebrakan. Demi menyelamatkan nama baik institusi,
maka HMI KOMEK UNIRA melalui rapat harian yang dihadiri oleh 2 pengurus dan 3
kader, terbentuklah panitia Basic Training LK I dengan target peserta yang
tidak terbatas, guna menjaga kaderisasi dan regenerasi yang kelak akan menjadi
pewaris tahta estafet kepemimpinan yang sebeblumnya.
Pelaksanaan LK I HMI KOMEK UNIRA
rupanya menjadi pelecut semangat bagi kader-kader HMI FKIP UNIRA yang memang
pada realitanya, LK HMI FKIP UNIRA banyak hal-hal yang perlu di evaluasi dan
dijadikan proyeksi dimasa mendatang baik dari segi peserta atau dari teknis
lainnya. Tapi sayang seribu sayang, hal yang serupa tidak bisa di ikuti oleh
HMI KOMBES UNIRA yang hingga saat ini pun masih terkatung-katung dalam
pencarian konsistensi. Dan tentunya, HMI CABANG PAMEKASAN tidak menutup mata
dengan kejadian semacam itu, perlu ada program kerja yang memang berhubungan
langsung dengan komisariat, setidak-tidaknya melakukan kunjungan ke semua
komisariat yang dikonsep diskusi atau serap aspirasi sehingga HMI CABANG tahu
betul kondisi di masing-masing Komisariat.
Mungkin begitulah kira-kira gambaran
sepintas dimasa silam, yang tentunya menjadi penyemangat bagi kita semua selaku
kader HMI KOMEK UNIRA, bahwa adanya HMI KOMEK UNIRA tidak seperti saat ini, tidak
punya sekretariat sebesar saat ini, tidak ada beberapa kamar seperti saat ini, tidak
ada bantal dan kasur seperti saat ini, tidak ada lemari yang berjejer disetiap
kamar seperti saat ini, tidak ada desain lambang HMI, lukisan KOHAWAN dan KOHATI
seperti saat ini, tidak ada dapur dengan fasilitas yang lengkap seperti saat
ini, tidak ada persediaan beras seperti saat ini, tidak ada kamar mandi seperti
saat ini, tidak ada lahan parkir motor seperti saat ini, tidak ada ruang rapat
seluas seperti saat ini, tidak ada fasilitas yang mapan seperti saat ini. Bayangkan saja jika sekretariat
yang lama itu kalian tempati. Maka perlu kiranya kita tunjukkan konsistensi
dalam lingkup kaderisasi dengan kelebihan-kelebihan yang telah kita miliki saat
ini, Sehingga semua orang tidak lagi memandang sebelah mata tentang HMI KOMEK
UNIRA yang kita cintai ini.
#SavePerkaderan
#JanganLupaBahagia
0 komentar:
Posting Komentar