GAUNG
KOHATI NYARIS TAK TERDENGAR
Oleh
: intang riang pertiwi
(KABID
PP HMI KOMEK UNIRA)
Korps HMI-Wati (KOHATI) merupakan badan khusus HMI yang bertugas membina, mengembangkan dan meningkatkan potensi HMI-Wati dalam wacana dan dinamika gerakan keperempuanan. KOHATI sendiri bersifat semi otonom dalam tubuh HMI seperti yang termaktub dalam pedoman dasar KOHATI (PDK) pasal 5, dengan tetap berpegang teguh pada konstitusi HMI. Dimana secara internal merupakan bidang pemberdayaan perempuan (PP) dan secara eksternal merupakan KOHATI. Secara historis KOHATI lahir pada tanggal 2 jumaddil akhir 1386 H bertepatan pada tanggal 17 september 1996 M pada kongres VIII di solo. Kelahiran kohati di latar belakangi oleh beberapa faktor. Pertama, faktor internal yang mengharuskan KOHATI untuk segera di bentuk adalah beberapa departemen keputrian sudah tidak sanggup menampung aspirasi dari HMI-Wati. Selain itu, kebutuhan akan kebutuhan akan keperempuanan tidak di fatilitasi dengan baik. Kedua, faktor eksternal adalah karena adanya lawan idiologi, yaitu GERWANI (Gerakan Wanita Indonesia).
KOHATI merupakan bagian dari HMI yang lahir dengan semangat juang untuk memajukan perempuan indonesiak hususnya bagi HMI-Wati, Namun yang terjuadi pada kali ini sungguh sangat miris, dimana wadah khusus HMI-Wati kini sudah tidak mengimplementasikan peran dan fungsinya semaksimal mungkin, merupakan hal yang wajar jika hari ini peran dan fungsi KOHATI di pertanyakan oleh beberapa kalangan. KOHATI yang berperan sebagai pencetak dan membina muslimah sejati untuk menegakkan dan mengembangkan nilai-nilai ke-islaman dan ke-indonesiaan, diharapkan mampu menjadi wadah yang secara konsisten berusaha menggapai cita-cita suci sesuai dengan amanat PDK, sedangkan fungsinya sebagai wadah untuk meningkatkan dan mengembangkan potensi keder HMI-Wati dalam wacana dan dinamika keperempuanan. Wadah sekaliber KOHATI tetap menjadi corong perubahan bagi HMI-Wati secara khususnya dan bagi perempuan indonesia secara umumnya.
Kawan, Marilah
berkompetensi sejenak, tentang masa lalu KOHATI di era ke-emasannya, dimana
KOHATI masa lalu memberikan fungsi dan perannya sebagai wadah khusus yang
memberikan edukasi dan dedukasi. Selain itu, HMI-Wati telah memberikan
konstribusi secara pasti dan nyata terhadap pembangunan karakter bagi perempuan
indonesia. KOHATI selalu terdepan memberikan sumbangsih pemikiran terhadap
kemajuan perempuan indonesia, bahkan berani menyuarakan pemikiran terhadap
kondisi pemerintahan yang sedang diselimuti masalah. Semangat yang mengebu-gebu
untuk tetap menjaga komitmen asasi HMI, yaitu (1) mempertahankan negara
republik indonesia dan mempertinggi derajat bangsa indonesia, ini yang di sebut
komitmen kebangsaan, (2) menegakkandan mengembangkan ajaran islam yang di kenal
sebagai wawasan ke-islaman dan keummatan.
Namun saat ini, KOHATI yang
digadang-gadang akan membawa perubahan besar terhadap perempuan indonesia, malah
tak ayal hanya sebagai penonton setia terhadap beberapa perlakuan yang tidak
lazim dilakukan dan dipraktekkan di bumi pertiwi yang menjunjung tinggi 4 pilar
kebangsaan (NKRI, UUD 1945, PANCASILA, BHINEKA TUNGGAL IKA). Hal ini terlihat
jelas dengan minimnya perubahan kebijakan yang lahir dari pemikiran-pemikiran
KOHATI. Isu isu keperempuanan akhir-akhir ini kian santer terjadi, tapi sama
sekali tidak tersentuh. Bahkan Gaung KOHATI yaris tak terdengar. Tidak nampak
seperti KOHATI pada masa lampau yang lantang membela hak kaum perempuan, tegas
mengutuk para oknum pejabat yang mendiskreditkan kaum menoritas. Mungkinkah
KOHATI pada saat ini mengalami Sindrom Konservatisme, artinya apa yang besar
dimasa lalu seolah menjadi fakta tentang kualitas KOHATI dimasa kini yang
jumawa dan semakin berbesar kepala. Bagaimana mereka akan melakukan perubahan
di tingkat nasional, jika melakukan perubahan di tingkat grassroot saja tidak
mampu dan cenderung setengah aktif berproses dan mengabdi di HMI. Sampai kapan
KOHATI akan terus menerus berjalan ditempat?. Saat ini bisa dikatakan, “antara
ada dan tiada”. KOHATI pada masa kini belum bisa memberikan sumbangsih nyata
untuk kemajuan perempuan indonesia dan tentunya untuk bangsa indonesia. KOHATI
yang seharusnya menjadi kader pembaharu, malah menjadi kader pengekor.
KOHATI saat ini seperti terbawa arus,
banyak yang menuntut kesetaraan gender, dan tidak sedikit yang menolaknya, padahal pada kenyataanya
mereka masih terjebak di tempat yang sama. Mereka menafsirkan bebas adalah
bebas yang sebebas-bebasnya, mereka tidak paham atau memang menutup hati untuk
menerima pemahaman akan kebebasan dari perempuan. KOHATI masa kini lebih kepada
materialitas bukan pada pengabdian dan memberikan manfaat untuk masyarakat sehingga
ruang yang diberikan HMI-Wati untuk mengaktualisasikan ide, gagasan dan
pemikirannya tersia-siakan. Hal ini tentu menjadi permasalahan yang cukup
kompleks di tubuh HMI yang harus segera diselesaikan.
KOHATI yang sudah genap
berusia 50 tahun, usia yang tak lagi muda, bisa dikatakan sudah pernah
merasakan asam garam manis pahitnya kehidupan ber-organisasi dibumi pertiwi ini.
maka sudah semestinya KOHATI dapat menuntaskan permasalahan-permasalahan yang tidak
kunjung ada titik temunya. Permasalahannya kini bukan lagi pada budaya
patriarki, karena secar keseluruhan indonesia memberikan pada kaum perempuan.
Bahkan dalam bidang politik, sudah terdapat apresiasi terhadap perjuangan
perempuan dengan affirmative action 30% berdasarkan UU No. 8 Tahun 2012. Tapi ternyata
hal tersebut kurang dimaksimalkan oleh perempuan itu sendiri sehingga tidak
mencapai target yang sudah ditentukan. “Orang Terhormat Tidak Akan Menimpakan
Kesalahan Pada Orang Lain” lagi pula petani tidak menyalahkan tanah yang tidak
subur dan seorang musisi tidak menyalahkan alat musiknya. Masalah sebenarnya
ada pada pemiliknya, tidak bergantung pada bendanya. Maksudnya, HMI-Wati sudah
jelas-jelas diberikan ruang berproses akan tetapi HMI-Wati tidak mempunyai
ghiroh dalam berproses di KOHATI. Sehingga kualitas intergritas dan keintelektualan
serta daya kritis kader HMI-Wati mulai menurun bahkan luntur.
Kami selaku kader HMI yang
dilahirkan dari rahim HMI KOMEK UNIRA (sebutan populer dari HMI KOMISARIAT
EKONOMI UNIRA yang bertempat di terminal Ronggosukowati Kabupaten Pamekasan
Madura), merasa kecewa dengan keadaan HMI-Wati saat ini, tidak konsistennya dan
tidak masifnya progresifitas kader KOHATI dalam melakukan gerakan menjadi
penyebab lunturnya sebuah perjuangan. Gerakan kader KOHATI untuk mengembangkan
dan meningkatkan potensi kader HMI-Wati dalam wacana dan dinamika keperempuanan
terlihat stagnan. Kini HMI-Wati mengalami pengikisan dari segi kualitas maupun
kuantitas kader yang aktif berhimpun di tubuh HMI. inilah realitas yang dapat
dilihat di komisariat-komisariat, khususnya komisariat yang berada dibawah
naungan HMI Cabang pamekasan. bahkan sekretariat yang seharusnya menjadi wadah
pertama dalam proses kaderisasi malah hanya di pergunakan untuk tempat makan
dan tidur saja, tak ubahnya hotel prodeo. Berbagai training yang di ikuti
terkesan hanya kewajiban yang disepelekan esensi formalnya, dilalui sebagai
penuntasan tanggung jawab yang di iringi candaan dengan mengatasnamakan
kebersamaan, tanpa memikirkan bagaimana membentuk profil kader yang baik dan
benar. terlalu banyak kader bahkan pengurus yang tidak memahami konstitusi HMI
dan PDK KOHATI, Bukankah sangat menggelikan, Bagaimana kita akan menjalankan
peran dan fungsinya jika kebenaran konstitusi HMI dan PDK KOHATI tidak ubahnya
tumpukan koran yang kusut tak ternilai. Hal ini tentu menjadi PR tersendiri bagi para pengurus KOHATI
HMI Cabang pamekasan lebih-lebih bagi Pengurus HMI Cabang Pamekasan selaku
institusi tertinggi HMI di tingkat kabupaten/kota. Jika kondisi komisariat
sedemikian parah maka terlalu parah rasanya jika mereka (KOHATI HMI CABANG
PAMEKASAN) tidak menyadari keadaan KOHATI yang semakin hari semakin
memprihatikan, Maka Pengurus KOHATI HMI Cabang Pamekasan perlu melakukan
terobosan-terobosan dan memberikan racikan pemikiran yang special guna
menyelematkan KOHATI dari berbagai belenggu permasalahan, sehingga kader KOHATI
bisa bahagia dan tentunya berbanding lurus dengan kebahagiaan HMI wabil khusus KOHATI sesuai lagu Hymne
HMI.
#BAHAGIA HMI
#JAYALAH KOHATI
#SavePerkaderan
#HMIKOMEKUNIRA