Kamis, 09 November 2017

POTRET LAFRAN PANE : PENDIRI HMI DAN PAHLAWAN BANGSA





    Artikel                                                                        Harian MAKAR_Edisi Jum’at 10 November 2017





POTRET LAFRAN PANE :
PENDIRI HMI DAN PAHLAWAN BANGSA
Oleh : MUMU
Hiruk pikuk perjuangan dari masa kemasa terus dirasa, tidak mengenal lelah apa lagi berkeluh kesah. Berjuang bukan karna ada kepentingan tapi berdasarkan kegelisahan dan keprihatinan atas carut marutnya moral Bangsa dan kondisi Islam yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mulai dari orde lama sampai orde baru terus menjadi pembaharu karna pada saat itu Bangsa ini sangat mengharukan. Perlu kita ketahui Bangsa ini menjadi berwana bukan karna kaum kolonialis, imprialis apa lagi PKI yang mengaku cinta bumi pertiwi tapi karna ada sosok pribumi sebagai seniman ulunk yang terus memainkan seninya diatas Nusantara yang sekarang kita sebut Indonesia.
Karyanya bukan hanya tercipta dimasa lalu bahkan sampai saat ini terus ada yang mewarisi titisan idealis dan agamisnya. Perjuangan terus tertular mulai dari intlektualutasnya apa lagi pergerakannya. Terbukti pada 05 Februari 1947 telah dibuat sebuah wadah yang diinginkannya untk mewarnai bangsa ini untuk menjadi bangsa yang "Baldhatun Toyyibatun Warobbun Gefur" yang kita kenal saat ini dengan sebutan HMI. HMI merupakan bukti sejarah sang tokoh agmis tapi nasionalis, yang pemikirannya tidak kalah sebanding dengan Natsir, tidak kalah dengan Soekarno dan tokoh-tokoh lainnya.
Bagi tubuh himpunan bahkan bangsa indonesia nama tersebut sudah tak asing lagi terdengar dalam gemuruh perjuangan bangsa. Beliau lahir di bumi Pagurabaan, Kecamatan Sipirok, yang terletak di kaki gunung Sibual-Bual, 38 kilometer kearah utara dari Padang Sidempuan, Ibu kota kabupaten Tapanuli Selatan. Lafran Pane, Beliau merupakan pemrakarsa terhadap berdirinya organisasi tertua pasca kemerdekaan Indonesia yang telah banyak melahirkan tokoh-tokoh para pemimpin bangsa baik di daerah maupun di pimpinan pusat.
Selayang pandang terhadap beberapa potret kehidupannya, lafran pane merupakan sosok yang hidup sederhana, bahkan selama tinggal di yokyakarta, beliau tinggal di sebuah rumah kontrakan yang sering kali berpindah pindah dan terkhir beliau tinggal di komplek IKIP yogyakarta (sekarang UNY). Jl. Mrican 1 E, yogyakarta. Hidup sederhana tidak pernah membuatnya kecil hati dalam mengarungi samudera kehidupan dan perjuangan bangsa melalui HMI, bahkan jikalau beliau menginginkan kekuasaan apalagi sebuah jabatan tentunya sangat mudah ia dapatkan. Karena selama beliau masih hidup, sudah banyak dari kader-kader HMI yang telah sukses berada di kepemerintahan maupun di akademisi yang bersedia membantu beliau. Namun beliaupun tak pernah tergiur sedikitpun terhadap semua itu. Yang beliau harapkan hanyalah sebuah perjuangan dari para anak-anaknya yang berada di HMI mampu meperjuangkan dwi komitmen HMI, yang telah ter-investasikan sejak awal berdirinya HMI.
Jenius dan revolusioner, akhlak kepemipinan, tawadhu’ independen  merupakan bagian dari serangkaian sifat dan karakter yang beliau miliki dan harus menjadi panutan bagi para kader-kader HMI khususnya dan masyarakat pada umumnya. Sehingga mampu mencipta sebuah komitmen untuk memajukan ummat dan bangsa ke arah yang lebih revolusioner sebagaimana beliau mendirikan HMI. Yang tentunya tidak mudah beliau lalui di samping kondisi negara yang baru saja terlepas dari imprilialisme belanda yang cenderung ke arah sekulerisasi, juga kondisi mahasiswa yang sudah terkontaminasi oleh virus ideologi Komunis yang di motori oleh CGMI di kalangan Mahasiswa. Dengan berbagai dialektis yang di lalui oleh HMI tersebut maka HMI tetap tegak untuk menegakka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan turun ke gelanggang pertempuran dalam menumpas pasukan belanda dan PKI waktu itu.
Di akui ataupun tidak, sebuah perjuangan tentunya tidak hanya termanifestasi dalam bentuk kekuatan fisik saja dan sebutan pahlawan bukan hanya terbatas pada pengorbanan yang berujung pada tetesan darah dalam sebuah peperangan namun lebih dari pada itu, sebuah perjuangan dan kepahlawanan harus di landasi dengan ketulusan dalam meng-ivestasikan seluruh jiwa dan raga dalam memenuhi totalitas sebuah perjuangan untuk menegakkan sebuah peradaban.
Pendiri HMI yang sering di sapa oleh para kader-kader HMI dengan sebutan AYAHANDA Lafran Pane sudah memberikan jawaban akan ketulasan dan totalitasnya dalam memperjuangkan keummatan dan kebangsaan yang kita banggakan ini, sehingga penobatan PAHLAWAN NASIONAL berdasarkan keputusan Presiden RI No. 115/TK/Tahun 2017. Merupakan sebuah bukti sejarah akan kebesaran dan kepatriotan yang beliau miliki dalam menghiasi bingkai perjuangan bangsa ini.        
 





Membangun Imaji, Memberi Solusi
Sekretariat :
Jl. Raya Ceguk (depan terminal Ronggosukowati) pamekasan

0 komentar:

Posting Komentar