Artikel Harian MAKAR_Edisi Jum’at 10 November 2017
POTRET
LAFRAN PANE :
PENDIRI
HMI DAN PAHLAWAN BANGSA
Oleh : MUMU
Hiruk
pikuk perjuangan dari masa kemasa terus dirasa, tidak mengenal lelah apa lagi
berkeluh kesah. Berjuang bukan karna ada kepentingan tapi berdasarkan
kegelisahan dan keprihatinan atas carut marutnya moral Bangsa dan kondisi Islam
yang ada di Negara Kesatuan Republik Indonesia. Mulai dari orde lama sampai
orde baru terus menjadi pembaharu karna pada saat itu Bangsa ini sangat
mengharukan. Perlu kita ketahui Bangsa ini menjadi berwana bukan karna kaum
kolonialis, imprialis apa lagi PKI yang mengaku cinta bumi pertiwi tapi karna
ada sosok pribumi sebagai seniman ulunk yang terus memainkan seninya diatas
Nusantara yang sekarang kita sebut Indonesia.
Karyanya
bukan hanya tercipta dimasa lalu bahkan sampai saat ini terus ada yang mewarisi
titisan idealis dan agamisnya. Perjuangan terus tertular mulai dari
intlektualutasnya apa lagi pergerakannya. Terbukti pada 05 Februari 1947 telah
dibuat sebuah wadah yang diinginkannya untk mewarnai bangsa ini untuk menjadi
bangsa yang "Baldhatun Toyyibatun Warobbun Gefur" yang kita kenal
saat ini dengan sebutan HMI. HMI merupakan bukti sejarah sang tokoh agmis tapi
nasionalis, yang pemikirannya tidak kalah sebanding dengan Natsir, tidak kalah
dengan Soekarno dan tokoh-tokoh lainnya.
Bagi
tubuh himpunan bahkan bangsa indonesia nama tersebut sudah tak asing lagi
terdengar dalam gemuruh perjuangan bangsa. Beliau lahir di bumi Pagurabaan,
Kecamatan Sipirok, yang terletak di kaki gunung Sibual-Bual, 38 kilometer
kearah utara dari Padang Sidempuan, Ibu kota kabupaten Tapanuli Selatan. Lafran
Pane, Beliau merupakan pemrakarsa terhadap berdirinya organisasi tertua pasca
kemerdekaan Indonesia yang telah banyak melahirkan tokoh-tokoh para pemimpin
bangsa baik di daerah maupun di pimpinan pusat.
Selayang
pandang terhadap beberapa potret kehidupannya, lafran pane merupakan sosok yang
hidup sederhana, bahkan selama tinggal di yokyakarta, beliau tinggal di sebuah
rumah kontrakan yang sering kali berpindah pindah dan terkhir beliau tinggal di
komplek IKIP yogyakarta (sekarang UNY). Jl. Mrican 1 E, yogyakarta. Hidup
sederhana tidak pernah membuatnya kecil hati dalam mengarungi samudera
kehidupan dan perjuangan bangsa melalui HMI, bahkan jikalau beliau menginginkan
kekuasaan apalagi sebuah jabatan tentunya sangat mudah ia dapatkan. Karena selama
beliau masih hidup, sudah banyak dari kader-kader HMI yang telah sukses berada
di kepemerintahan maupun di akademisi yang bersedia membantu beliau. Namun
beliaupun tak pernah tergiur sedikitpun terhadap semua itu. Yang beliau
harapkan hanyalah sebuah perjuangan dari para anak-anaknya yang berada di HMI
mampu meperjuangkan dwi komitmen HMI, yang telah ter-investasikan sejak awal
berdirinya HMI.
Jenius
dan revolusioner, akhlak kepemipinan, tawadhu’ independen merupakan bagian dari serangkaian sifat dan
karakter yang beliau miliki dan harus menjadi panutan bagi para kader-kader HMI
khususnya dan masyarakat pada umumnya. Sehingga mampu mencipta sebuah komitmen
untuk memajukan ummat dan bangsa ke arah yang lebih revolusioner sebagaimana
beliau mendirikan HMI. Yang tentunya tidak mudah beliau lalui di samping
kondisi negara yang baru saja terlepas dari imprilialisme belanda yang cenderung
ke arah sekulerisasi, juga kondisi mahasiswa yang sudah terkontaminasi oleh
virus ideologi Komunis yang di motori oleh CGMI di kalangan Mahasiswa. Dengan
berbagai dialektis yang di lalui oleh HMI tersebut maka HMI tetap tegak untuk
menegakka Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan turun ke gelanggang
pertempuran dalam menumpas pasukan belanda dan PKI waktu itu.
Di
akui ataupun tidak, sebuah perjuangan tentunya tidak hanya termanifestasi dalam
bentuk kekuatan fisik saja dan sebutan pahlawan bukan hanya terbatas pada
pengorbanan yang berujung pada tetesan darah dalam sebuah peperangan namun
lebih dari pada itu, sebuah perjuangan dan kepahlawanan harus di landasi dengan
ketulusan dalam meng-ivestasikan seluruh jiwa dan raga dalam memenuhi totalitas
sebuah perjuangan untuk menegakkan sebuah peradaban.
Pendiri
HMI yang sering di sapa oleh para kader-kader HMI dengan sebutan AYAHANDA
Lafran Pane sudah memberikan jawaban akan ketulasan dan totalitasnya dalam
memperjuangkan keummatan dan kebangsaan yang kita banggakan ini, sehingga
penobatan PAHLAWAN NASIONAL berdasarkan keputusan Presiden RI No. 115/TK/Tahun
2017. Merupakan sebuah bukti sejarah akan kebesaran dan kepatriotan yang beliau
miliki dalam menghiasi bingkai perjuangan bangsa ini.
0 komentar:
Posting Komentar