Rabu, 17 Februari 2016

HMI MULAI MENUA (KETIKA TOREHAN SEJARAH HANYA MENJADI CERITA )

HMI MULAI MENUA
(KETIKA TOREHAN SEJARAH HANYA MENJADI CERITA )

Oleh : HAMSUN (KETUM HMI KOMEK UNIRA)


Sudah terlalu lama kita bereuforia tentang masa -masa emas yang pernah disinggahi dan dinikmati oleh himpunan, para pendahulu kita hanya bisa membusungkan dada dengan badan yang tegap tegar dengan rasa semangat berceloteh tentang track record HMI dari masa ke masa tanpa memberikan pencerahan bagaimana langkah HMI pada masa mendatang, mereka hanya bisa membeberkan tentang sejarah HMI yang menurut hemat saya hal ini sudah tidak perlu diskusikan atau diperdebatkan, karena sejarah HMI selamanya akan menjadi milik HMI, tidak akan pernah berubah atau diakui menjadi sejarah organisasi lain,  sejarah HMI cukup menjadi bahan evaluasi dan proyeksi bagi penerus perjuangan HMI mendatang, karena materi tentang sejarah HMI hanya wajib jadi pengantar pada momen yang tepat seperti pada masa perkenalan calon anggota (MAPERCA) atau pada Latihan Kader 1 (LK-I) atau pada acara yang sifatnya formal atau non formal yang pesertanya didominasi oleh mahasiswa baru atau calon kader HMI.
Realita dan fakta membuktikan bahwa kita terlalu terlena oleh sejarah, kita terlalu terbuai oleh wejangan senior yang seolah olah memuji dan menyembah torehan sejarah yang dipersembahkan oleh HMI yang katanya HMI ikut memberikan kontribusi terhadap perjuangan bangsa, tanpa memberikan sedikit konsepsi tentang kaderisasi dan regenarasi guna menyambung nafas tubuh himpunan, padahal dilihat dari sudut pandang yang berbeda kondisi HMI hari ini mulai melepuh karna faktor usia yang mulai menua, krisis multi dimensi menjadi penyakit akut yang tidak kunjung terobati, entah kondisi seperti ini sengaja dibiarkan atau tidak, saya kurang begitu memahami, tapi menurut analisis saya, yang wajib bertanggung jawab tentang kondisi HMI hari ini adalah mereka yang mempunyai otoritas penuh dan menjadi pengendali dalam setiap dinamika yang ada dalam tubuh himpunan, mulai dari PB HMI hingga KOMISARIAT HMI yang terbentang se-nusantara ini.
Pengurus Besar HMI (PB HMI) sebagai institusi tertinggi dengan menaungi kurang lebih 20 BADKO yang tersebar di setiap provinsi dan kurang lebih 187 cabang yang tersebar disetiap kabupaten dari sabang hingga merauke terindikasi kurang begitu menyoroti kondisi kader yang berada di setiap belahan bumi pertiwi ini, seruan-seruan para kader insan cita yang peduli terhadap HMI baik yang berada di kota ataupun dipedalaman secara masiv dilakukan, mereka berseru tentang dekadensi intelektual dan dekadensi moral yang dialami oleh himpunan, aset berharga HMI yang berupa SDM (kader)  sudah terkontaminasi oleh perkembangan zaman, modernisasi dan globalisasi yang diartikulasikan secara tidak benar ternyata telah merenggut kewibawaan kader HMI, hidonisme  yang terkesan menyampingkan peran layaknya seorang mahasiswa pada idealnya kini sudah terkungkung dan menjadi penampakan setiap hari dikampus-kampus yang berlebelkan swasta ataupun negeri, lagi-lagi peran kader HMI dipertanyakan untuk memperbaiki peradaban dimasing-masing perguruan tinggi. Lebih parah lagi, ketertarikan mahasiswa untuk beroragnisasi termasuk ketertarikan ber-HMI kini kian memudar, apatisme seperti ini seharusnya HMI mampu memberikan jawaban dan solusi guna menjamin regenerasi tapi walhasil HMI masih saja terlena dengan masa lalunya. Itulah sedikit perbedaan HMI masa lampau dengan HMI masa kini, masihkah kita sibuk untuk memperdebatkan masa lalu hingga mengabaikan masa depan yang akan jadi bumerang bagi HMI?
Salah satu institusi pusat central pengkaderan HMI yaitu KOMISARIAT yang berperan sebagai jantung HMI, layaknya sebagai organ tubuh komisariat seharusnya dirawat sebagaimana mestinya, namun hari ini komisariat kabarnya tidak terlalu baik pula. Kajian intensif yang menjadi rutinitas kini sudah tidak begitu digalakkan, diskusi yang menjadi bahan makanan ringan  kader kini sudah menjadi hal yang jarang kita temukan di padepokan hijau hitam, literatur yang menjadi santapan dan menjadi cermin bagi kader untuk mengetahui tentang dunia, kini dipandang menjadi tradisi yang menjijikkan, lebih tragisnya lagi, kondisi kader HMI yang tidak tahu menahui tentang aturan dan mikanisme organisasinya sendiri, AD ART HMI hanya menjadi coretan kumuh sehingga tidak begitu dihiraukan, konstitusi hanya dijadikan bantal guna menjadi pemuas nafsu sang pedebah organisasi. Sangat miris bukan ? lagi lagi fenomena seperti ini terindikasi dibiarkan dan diabaikan. Lalu dimana peran HMI CABANG selaku pengontrol terhadap komisariat?
Kawan-kawan marilah berfikir sejenak tentang apa, bagaimana dan mengapa himpunan harus bangkit dari keterpurukan, selaku penulis artikel ini saya tidak ingin sok suci, tidak pula saya ingin lari dari tanggung jawab, apa lagi menyalahkan pihak lain (HMI CABANG) guna menutupi kesalahan pengurus komisariat, namun atas nama HMI KOMEK UNIRA kami sangat kecewa atas kefakuman HMI CABANG PAMEKASAN hari ini, sekretariat HMI CABANG sudah tidak ada bedanya dengan kontrakan biasa yang terkadang tidak berpenghuni, presidiumpun terkesan acuh tak acuh dalam memegang amanah, ini terbukti; agenda dan program kerja disetiap bidang HMI CABANG lumpuh total sehingga kaderisasi terabaikan begitu saja.
Tidak untuk menyalahkan, tapi setidaknya HMI CABANG yang mempunyai kualitas, kapasitas dan kapabilitas yang lebih tinggi dari pengurus komisariat, kami rasa HMI CABANG pasti lebih peka memahami dinamika yang ada, sehingga HMI CABANG akan terbangun dari tidur panjangnya karena komisariat merindukan peran HMI CABANG untuk mengayomi dan membina kami.
#SAVE HMI CABANG PAMEKASAN

0 komentar:

Posting Komentar